Ada beberapa definisi mengenai Credit Union. Tiga
diantaranya kita tampilkan di sini.
Credit Union
Counselling Office (CUCO) atau, kemudian dikenal sebagai Badan Koordinasi Koperasi Kredit Indonesia
(BK3I), dan sekarang disebut sebagai Induk Koperasi Kredit (Inkodit), di
Jakarta, mendefinisikan Credit Union atau disebut juga Usaha Bersama Simpan
Pinjam, sebagai:
“...sekumpulan orang yang telah bersepakat
untuk bersama-sama menabungkan uang mereka. Kemudian uang tersebut dipinjamkan
diantara mereka sendiri dengan bunga yang ringan, untuk maksud produktip
(membeli alat, perkakas atau membuka warung) dan kesejahteraan (keperluan
kesehatan dan pendidikan). Dengan demikian, pinjaman tersebut akan mengutungkan
anggota.” (CUCO, 1973: 1).
Oleh World Council of Credit Unions (WOCCU), Credit Union yang diberbagai
tempat dapat disebut dengan berbagai nama berbeda, dirumuskan sebagai:
“...member-owned not-for-profit
financial cooperatives that provide savings, credit and other financial
services to their members. Credit Union membership is based on a common bond, a
linkage shared by savers and borrowers who belong to a specific community,
organization, religion or place of employment. Credit Unions pool their
members’ savings deposits and shares to finance their own loan portfolios
rather than they rely on outside capital. Members benefit from higher returns
on savings, lower rates on loans and fewer fees on average.”
[...koperasi
jasa keuangan bertujuan tidak untuk mencari untung, kepemilikannya dimiliki
anggota, menyelenggarakan tabungan, pinjaman dan pelayanan keuangan lainnya
kepada para anggotanya. Keanggotaan Credit Union berdasarkan ikatan kebersamaan
kepentingan, sebuah pertalian hubungan antara penabung dan peminjam yang
sama-sama menjadi anggota komunitas, organisasi, lembaga keagamaan atau
kesatuan tempat kerja tertentu. Dari pada menggantungkan diri pada sumber
keuangan dari luar dirinya, Credit Union mengumpulkan simpanan tabungan dan
saham para anggotanya untuk akhad kreditnya. Anggota memetik keuntungan (balas
jasa) sebagai pemilik Credit Union dari menikmati bunga simpanan yang relatif
tinggi daripada bunga pinjaman yang lebih rendah.]
Bertolak dari kedua definisi di atas, penulis mendefinisikan Credit Union
sebagai:
Perkumpulan
orang-orang yang saling percaya dengan pengambilan keputusan oleh rapat anggota
yang berprinsip satu orang satu suara, dengan tujuan bukan memperbesar untung
lembaga, namun mengelola keuangannya dengan cara mengumpulkan tabungan bersama
untuk dipinjamkan kepada para anggotanya dengan cara-cara profesional dan
cerdas yang membawa manfaat dan meningkatkan pemberdayaan ekonomi-sosialnya,
antara lain dengan menyelenggarakan balas jasa simpanan lebih tinggi daripada
balas jasa pinjaman, melakukan pelayanan keuangan lainnya bagi anggota,
terutama mengadakan penjaminan pinjaman dan simpanan manakala anggota meninggal
dunia atau cacat tidak dapat bekerja seumur hidup, dengan sesedikit mungkin
beban biaya.
Credit Union berasal dari kata bahasa Latin: Credere = percaya, dan Unio
= perkumpulan. Jadi yang utama dalam sebuah Credit Union adalah bukan kumpulan
uang tetapi kumpulan orang. Oleh karena itu pendidikan berorganisasi dan
berkarakter kebersamaan, solidaritas, kegotong-royongan, keadilan dan
kesejahteraan bersama menjadi kunci dari Credit Union. Uang adalah akibat dari
perkumpulan yang kuat dan cerdas, bukan sebuah alasan.
Kelahiran Credit Union di Indonesia
Menyebut CU di Indonesia tidak terlepas dari
sosok seorang yang bernama lengkap Carolus Albrecht, SJ, atau yang lebih
dikenal dengan nama Karim Arbie ;Seorang pastor kelahiran Altusried, Augsburg,
Jerman Selatan, pada 19 April 1929. Beliau ditugaskan ke Indonesia pada
Desember 1958, bermula di Girisonta, Jawa Tengah lalu kemudian ke Jakarta dan
Semarang.
Gereja Katolik menyadari dan memandang pentingnya
pemberdayaan ekonomi kerakyatan oleh karena itu pastor Albrecht, SJ, dan pastor
Frans Lubbers, OSC,ditugaskan mengembangkan CU se-Indonesia bersama Delegasi
Sosial (Delsos). Beragam cara dilakukan guna mensosialisasikan gerakan CU ini.
Berkat perjuangan dan kerja keras Karim Arbie dan
kawan-kawan, CU berkembang ke berbagai wilayah di Indonesia. Pada tahun 1990
disaat usia beliau menginjaki 61 tahun ditugaskan ke Timor-Timur. Situasi
konflik sedang melanda eks provinsi ke-27 Indonesia ini. Beliau ditembakki
orang tak dikenal di Dilli, Timor Leste. Gugurlah pahlawan CU Indonesia ini
dengan meninggalkan mutiara berharga bagi kemajuan gerakan CU sampai
kini.
Namun seperti apa saja sesungguhnya sejarah
gerakan CU di Indonesia? Sudah masuk sejak kapankah? Gerakan CU di Indonesia
bermula dari massa pemerintahan Presiden Soekarno. Namun belumlah dipraktekkan
dan penerapan dengan sepenuhnya karena situasi perekonomian yang morat-marit.
Hingga akhirnya massa orde baru pun tiba.
Tak jauh berbeda, situasi perekonomian pun
belumlah stabil, maka kemudian ada kerinduan untuk menggerakkan perekonomian
rakyat dengan bentuk koperasi. Dan salah satunya Credit Union yang menjadi
pilihan itu. Adapun pun tahap perkembangan tersebut akan dibagi dua, yakni di
massa Orde Lama dan massa Orde Baru.
1. Credit Union di Massa Orde Lama
Gerakan Credit Union atau Koperasi Simpan pinjam
sebenarnya sudah masuk ke Indoneia pada tahun 1950, dibawa beberapa sukarelawan
yang sudah mendirikan usaha-usaha simpan pinjam menurut prinsip Raiffeisien.
Pemerintah Indonesia juga sudah pula menjalankan koperasi kredit dengan memakai
sistem yang sama sejak tahun 1955 sampai dengan tahun 1959.
Pada permulaan tahun 1960-an terjadi musibah
dimana terjadi gejolak inflasi melanda negara Indonesia yang sangat hebat.
Banyak usaha yang bergerak dibidang simpan pinjam menjadi tak berdaya, sebabnya
karena tidak bisa menentang inflasi yang kian melaju.
Koperasi-koperasi tersebut akhirnya banyak yang
berputar haluan menjadi koperasi Konsumsi. Uang merupakan media yang dijadikan
spekulasinya. Maka kemudian koperasi ala Raiffeisen ini tidak terdengar lagi
gaungnya. Dan yang banyak bermunculan justru Koperasi Serba Usaha (KSU).
2. Credit Union di Massa Orde Baru
Seiring perjalanan waktu tampuk kepemimpinan
kepala negara pun berubah. Pemerintahan Soekarno pun lengser, Indonesia
memasuki perode baru yang dinamakan massa Orde Baru. Ada satu hal yang berbuah
positif, yakni kondisi perekonomian perlahan-lahan membaik dan stabil. Hal ini
mulai terlihat dan dirasakan pada tahun 1967.
Kala itu penggerak ekonomi masyarakat mulai
memikirkan konsep perekonomian yang cocok bagi kalangan masyarakan ekonomi
menengah kebawah. Dan koperasi kredit dianggap yang paling cocok diterapkan di
Indonesia.
Gaung pun bersambut, maka kemudian di undanglah
pihak WOCCU atau Dewan Dunia Koperasi Kredit ke Indonesia. Undangan tersebut
sangat ditanggapi positif oleh pihak WOCCU. Tak tanggung-tanggung mereka
mengirimkan salah satu tenaga ahlinya, yaitu Mr. A.A Baily.
Setelah diadakan pertemuan itu, didiskusikanlah
kemungkinan dikembangkannya gagasan CU di Indonesia sebagai sarana sekaligus
wahana pengentasan masyarakat marginal. Sebagi tindak lanjut, beberapa orang
mengadakan study circle secara perodik di Jakarta.
Dan akhirnya bersepakat membentuk wadah bernama
Credit Union Counselling Office (CUCO) pada awal Januari 1970 dipimpim oleh K.
Albrecth Karim Arbie, SJ, untuk memimpin kegiatan operasionalnya. Pada tahun
1971 Drs. Robby Tulus diangkat sebagai Managing Director.
CUCO ini antara lain berfungsi memberikan
konsultasi, menyediakan bahan dan program pelatihan, menyelenggarakan
kursus-kursus, menyebarkan informasi serta merintis Badan Koordinasi Koperasi
Kredit.
Untuk mendapatkan legalitas dari pemerintah,
CUCO, Direktur Jendral Koperasi, Departemen Tenaga Kerja ,
transmigrasi dan koperasi yang pada masa itu dijabat oleh Ir. Ibnoe Soedjono.
Tanggapan positif pun datang dari Direktur Jenderal Koperasi dengan memberikan
massa Inkubasi selama 5 tahun kepada CUCO untuk mengembangkan gagasan gerakan
Kredit Union di Indonesia.
Massa Inkubasi pun berakhir dengan diadakannya
Konferensi Nasional Koperasi Kredit (KNKK) di Bandungan, Ambarawa, Jawa Tengah
pada bulan Agustus 1976. Konferensi ini juga dihadiri oleh Ir. Ibnoe Soedjono
sebagai Direktur Jenderal Koperasi. Sejak itulah secara Nasional nama Koperasi
Kredit di ganti dengan Credit Union.
Selaku kapasitasnya sebagai Direktur Jenderal
Koperasi, dan kemudian diberikan restu kepada CUCO untuk melanjutkan kegiatan
mengembangkan Credit Union di Indonesia dengan menyesuaikan diri kepada
ketentuan – ketentuan dalam UU No. 12/1967 tentang pokok – pokok
Perkoperasian di Indonesia.
Tahun 1981 diselenggarakan Konferensi Nasional
Koperasi Kredit Indonesia, dimana dibentuk organisasi baru bernama Badan
Koordinasi Koperasi Kredit Indonesia (BK3I) dengan kepengurusan yang
dipilih secara demokratis, terpilih sebagai ketua Drs. Robby Tulus. Terjadi
pergantian nama dan sifat organisasi.
Biro Konsultasi Koperasi Kredit (BK3) atau Credit
Union Counselling Office (CUCO) menjadi Badan Koordinasi Koperasi Kredit
Indonesia (BK3I) atau Credit Union Coordination of Indonesia (CUCO Indonesia)
dan untuk daerah menjadi BK3D (Badan Koordinasi Koperasi Kredit Daerah).
Peran CUCO inilah sebagai cikal bakal
berkembangnya CU diberbagai daerah di Indonesia, mereka banyak memberikan
pelatihan di berbagai wilayah untuk mengembangkan gagasan CU.
Saat ini BK3D berubah nama menjadi BKCU dan BK3I
berubah menjadi Inkopdit. CU pertama kali didirikan di Indonesia, yaitu CU
Kemuning yang berada di Bandung, Jawa Barat. CU ini berdiri pada tanggal 7
Desember 1970, Sepuluh bulan kemudian tepatnya pada tanggal 20 oktober 197
berdiri juga CU Swapada di Jakarta dan merupakan CU pertama di Jakarta.
Hingga kini CU Swapada masih berdiri, namun CU
Kemuning tidak tau lagi perkembangan nya. Hal ini disebabkan tidak ada lagi
informasi yang dapat di gali tentang keberadaan CU ini.
Lahirnya CU di Kalimantan Barat
Gerakan Credit Union di Kalimantan Barat dimulai
ketika Robby Tulus, A.C. Lunardi, Suharto Nazir, dan Sukartono dari Badan
Koordinasi Koperasi Kredit Indonesia (BK3I) yang bekerjasama dengan Delegasi
Sosial(Delsos) Keuskupan Agung Pontianak mengadakan kursus dasar bertempat di
Nyarumkop dan Sanggau pada 24-28 Agustus 1975.
Kala itu yang mengetuai Delsos Keuskupan Agung
Pontianak adalah Pastor Pius Camperlle, OFM Cap. Tidak hanya di Keuskupan Agung
Pontianak dan Sanggau kegiatan serupa juga rupanya diadakan juga kursus dasar
yang diprakarsai oleh Delsos seperti di Keuskupan Ketapang dan Sintang.
Kursus dasar yang diadakan di Nyarumkop dan
Sanggau ini diikuti wakil-wakil dari paroki seperti paroki Pusat Damai, Batang
Tarang, Jemongko, Jangkang dan Sanggau. Hasil dari kursus dasar tersebut
didirikanlah Credit Union Lantang Tipo di Bodok dan Credit Union di Jemongko,
Kembayan dan Batang Tarang. Tidak hanya di tempat tersebut Credit Union juga
berdiri disejumlah paroki seperti di Sanggau, Pahauman, Menjalin, Sambas,
Nyarumkop serta Singkawang.
Sudah hampir 10 tahun berdiri tetapi dari 10
Credit Union yang sudah berdiri itu, perkembangannya mandeg. Tidak mengalami
kemajuan dan malahan ada yang hidup segan mati tak mau. Semua ini karena
manajemen dan daya dukung yang belum memahami gerakan per-Credit Union-an yang
sebenarnya.
Maka kemudian pada tahun 1985 di Pontianak
diadakanlah kursus dasar yang diprakarsai oleh Pengembangan Sosial Ekonomi
(PSE) Keuskupan Agung Pontianak yang saat itu dikteuai oleh Pius Alfred. Para
fasilitator pun dihadirkan dari BK31, yakni H. Woerwanto dan Theodorus Trisna
Ansarli.
Kursus dasar kali ini melahirkan CU Khatulistiwa
Bhakti (KB) Pontianak. Pendirian CU ini dijadikan sebagai Kopdit laboratorium
atau tempat belajar bagi sejumlah CU lainnya. Seiring perjalanan waktu, CU KB
terus berkembang. Pelatihan-pelatihan yang diprakarsai oleh Delsos (PSE
sekarang) menumbuhkan beberapa CU lainnya di Kalbar termasuk CU Pancur Kasih
yang ditumbuhkan oleh Yayasan Karya Sosial Pancur Kasih.
Karena sudah berdiri lebih dari 3 CU, maka
diperlukan suatu badan yang mengurusi dan mengkoordinir CU di Kalbar. Kemudian
terbentuklah Badan Koordinasi Koperasi Kredit Daerah Kalbar (BK3D Kalbar) yang
diketuai oleh AR. Mecer masa kerja 1988 – 1990. Dan pada tanggal 28
November 1988 diresmikanlah, yang didahului dengan rapat koordinasi di Delsos
Keuskupan Agung Pontianak.
Ketua pertama BK3D ini adalah A.R Mecer setelah
itu diperiode berikutnya digantikan oleh Pius Alfred. Sempat juga pada massa
ini Keuskupan Agung Pontianak tidak mendukung, bahkan meminta kegiatan CU tidak
menggunakan fasilitas Gereja.
Singkatnya, BK3D Kalbar terbentuk sebagai wadah
koordinasi CU-CU di Kalbar. Sejak saat itu CU mulai berkembang dengan pesat di
Kalimantan Barat. Banyak CU-CU yang lahir berkat pemberdayaan dan fasilitasi
yang dilakukan oleh BK3D Kalbar kala itu.
Namun, pengembangan CU belum terencana dengan
baik. Produk dan pelayanan masih konvensional. Dana fasilitasi dan pendampingan
masih sangat terbatas, belum mandiri dan masih tergantung pada donator. BK3D
Kalimantan Barat belum berhasil mengkordinasi CU-CU yang ada sehingga CU masih
berjalan sendiri.
Namun perlahan namun pasti berkat ketekunan dan
komitmen memegang prinsip yang kuat pada tahun 1997-1999, tanda-tanda perkembangan
mulai nampak. Manajemen professional mulai ditampakan, secara internal BK3D
Kalbar pun mulai mengangkat karyawan paruh waktu untuk melaksanakan aktifitas
kantor.
CU-CU yang ada mulai terkordinasi dengan baik dan
jelas. Telah dilakukan persamaan presepsi tentang visi dan misi gerakan CU.
Sejak saat itu pola ketergantungan pada donator luar pun mulai dikurangi dan di
alihkan kepada peningkatan keswadayaan dan kemandirian.
Pada tahun 2000-an merupakan tonggak dimulainya
kebangkitan BK3D Kalbar, dimana prinsip dan filosofi CU dijalankan dengan penuh
konsisten sesuai dengan keadaan lokal. Sehingga CU di Kalbar memiliki Kekhasan
tersendiri, sehingga CU diwilayah ini disebut juga dengan leading factor perkembangan
CU di Indonesia.
Mulai dari situlah kemudian orang mengenal CU di
Kalbar sebagai laboratorium dalam perekonomian berbasis kerakyatan,sehingga
tidak heran banyak orang dari luar dan dalam negeri yang mempelajari dan study
banding tentang konsep CU di Kalbar. Sehingga kemudian banyak dari mereka itu
yang melakukan negosiasi dan minta difasilitasi agar BK3D Kalbar mendukung
pendirian CU di wilayahnya masing-masing.
Satu per satu CU di luar Kalimantan berdiri dan
berkembang dengan konsep CU khas Kalimantan Barat. Dimulai dari Kalimantan
Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan. Permintaan terus mengalir, maka
berdirilah CU di Papua, NTT , Sulawesi , Jawa Timur, Jawa Tengah,dan Jakarta,
dan beberapa daerah lainnya.
Kenapa masyarakat diluar Kalbar mau mendirikan CU
di tempatnya masing-masing tidak lain adalah karena mereka melihat ada sesuatu
yang berbeda di sini. Setelah berbagai daerah di Indonesia banyak didirikan CU
yang difasilitasi oleh BK3D dan bernaung di bawah BK3D Kalbar. Maka Pada RAT
BK3D Kalimantan Barat tahun buku 2003 pada 11 Februari 2004 di Sekadau,
nama BK3D di Kalimantan Barat diubah BK3D Kalimantan –Indonesia.
Sejak saat perubahan nama dari BK3D Kalbar
menjadi BK3D Kalimantan, CU ala Kalimantan menjadi model baru bagi pengembangan
CU di Indonesia. Karena perkembangannya yang sangat pesat tersebut mendorong
para aktivis untuk mengikuti even-even diluar baik di tingkat Indonesia maupun
level Asia. Sejak saat itu CU ala Kalimantan mulai dikenal dunia luar.
Namun, untuk mengembalikan prinsip dan
nilai-nilai sejati Credit Union, maka melalui lokakarya Tata Kelola Organisasi
CU se -Nusantara anggota BK3DK pada tanggal 2-5 Juli 2008 yang diadakan di
Hotel Merpati, Pontianak,BK3DK diubah namanya menjadi Badan Koordinasi Credit
Union Kalimantan (BKCUK) yang digunakan hingga sekarang.
Dari perjalanan sejarah CU di Indonesia, berikut ini adalah inisiator
awalnya :1. Albrecht Karim Arbie, SJ
2. Drs. Robby Tulus
3. Ir. Ibnoe Soedjono
4. John Collins, SJ
5. Raden Mas Margono Djoyohadikusumo
6. Prof. Dr. Fuad Hasan
7. Mochtar Lubis
8. Prof. Dr. A.M. Kadarman, SJ
9. A.J. Sumandar
10. John Dijkstra, SJ
11. FX. Bambang Ismawan
12. Frans Lubbers, OSC
13. Nico Susilo
14. Sumitro
15. FX. Susanto
16. Hubertus Woeryanto
17. Theodorus Trisna Ansarli
18. A.C. Lunardi
19. Suharto Nazir
20. Sukartono
Lahirnya SejumlahPuskopdit Baru di
Kalbar
Sampai saat ini di Kalimantan Barat terdapat 4
(empat) Pusat Koperasi Kredit (Puskopdit) yang membawahi beberapa CU primer,
yakni : Puskopdit BKCU Kalimantan (dulu BK3D Kalbar), Puskopdit Kapuas,
Pukopdit Khatulistiwa,dan Pukopdit Borneo. Puskopdit BKCU Kalimantan
merupakan CU Sekunder sekaligus tertua di Kalimantan dan sebagai mentor
bagi perkembangan sejumlah Puskopdit yang lainnya.
Kelahirang sejumlah Puskopdit baru di Kalbar
tidak terlepas karena lebih ingin mendekatkan pelayanan kepada anggotanya agar
lebih optimal dan efektif. Berikut ulasannya :
1. Puskopdit BKCU Kalimantan
Seperti sudah disinggung dalam sejarah gerakan CU
di Kalbar, lahirnya Puskopdit ini karena ingin mengkoordinir beberapa CU yang
lahir di tahun 1980-an. Semula Puskopdit BKCUK bernama Badan Koordinasi
Koperasi Kredit Daerah Kalbar-BK3D. Didirikan pada tanggal 27 Nopember 1988.
Pendiriannya kala itu tidak terlepas dari makin berkembangnya CU-CU
primer, seperti CU Khatulistiwa Bakti, CU Pancur Kasih, CU Lantang Tipo, CU
Banuri Harapan dan lainnya.
Karena pengelolaannya yang konsisten dan
manajamen yang mumpuni sehingga mendapat predikat CU ala Kalimantan. Sehingga
mengundang orang untuk banyak belajar. Mereka yang datang belajar itu dari
dalam maupun dari luar negeri seperti Bangladesh, Filipina, Sabah-Malaysia,
Myanmar, Timor Leste dan Thailand. Sampai saat ini jumlah CU yang menjadi
anggota BKCUK sebanyak 47 dengan 396.972 orang sebagai anggota
individu (data per Mei 2013).
BKCUK adalah satu-satunya credit union sekunder
di Indonesia yang anggotanya tersebar di seluruh Indonesia. Yakni di Kalimantan
Barat, Timur, Tengah, Jawa, Sumatera, Sulawesi, Maluku, Papua, NTT. CU-CU
tersebut adalah: Khatulistiwa Bakti, Stella Maris, Kingmi, Usaha Kita,
Bonaventura, Tilung Jaya, Sabhang Utung, Pancur Dangeri, Kusapa, Jembatan
Kasih, Filosofi Petani Pancur Kasih, Manteare, Betang Asi, Almendo, Daya
Lestari, Mambuin, Sempekat Ningkah Olo, Sinar Saron, Femung Pebaya, Mototabian,
Remaung Kecubung, Kasih Sejahtera, Sumber Rejeki, Mekar Kasih, Hati Amboina,
Ndar Sesepok, Sauan Sibarung, Likku Aba, Bahtera Sejahtera, Gerbang Kasih. Dan
ditambah lagi anggota baru yang diterima sebagai anggota BKCUK, yakni CU Muara
Kasih (Pontianak) dan CUMI Pelita Kasih (Jakarta).
2. Puskopdit Kapuas
Cikal bakal terbentuknya Puskopdit Kapuas berawal
dari kegiatan pertemuan yang diinisiasi oleh CU Bima bagi beberapa CU untuk
membentuk Puskopdit Baru pada tanggal 21 Agustus 2004. Dari gagasan pertemuan
tersebut kemudian agar ada lembaga yang memayungi beberapa CU primer di kawasan
Timur Kalbar yang belum tergabung dengan BK3D Kalimantan.
Karena memang tak dipungkiri juga pertumbuhan
beberapa CU primer didaerah timur Kalbar ; Sintang, Kapuas Hulu dan sekitarnya
terus berkembang. Adapun beberapa pengurus CU yang hadir dalam pertemuan
tersebut yaitu utusan dari CU BIMA, CU Sagu Entibab-Nanga Dangkan
Kapuas Hulu, CU Alam Lestari Jopo Sekadau, dan KSP Tepian Teduh-
Pelimping Sintang.
Dari pertemuan tersebut di sepakati membentuk
PUSKOPDIT KAPUAS dengan anggota CU Primer; CU BIMA, CU SAGU ENTIBAB dan CU ALAM
LESTARI JOPO. Sedangkan KSP Tepian Taduh belum menyatakan dirinya untuk
bergabung, karena masih akan membenahi Internal Organisasinya terlebih
dulu.
Pada April 2012 Puskopdit Kapuas mendapat
kepercayaan dari empat CU primer lainnya yang ingin bergabung ; CU Sumber
Berkat, CU Berkat Usaha, CU Kesejahteraan Sosial dan CU Mandiri Serawai.
Saat ini jumlah anggota primer Puskopdit Kapuas
ada 7 CU, yakni : CU Bima, CU Sagu Entibab, CU Kesejahteraan Sosial, CU Berkat
Usaha, CU Mandiri Serawai, CU Sumber Berkat, dan CU Harapan Kita.
Sedangkan jumlah anggota individunya 35.195 orang
per per-September 2011. (Sumber; Tabloid CUreview edisi 1/April 2012).
3. Puskopdit Khatulistiwa
Pendirian Pusat Koperasi Kredit Khatulistiwa
(Puskhat) diawali dari pertemuan dua belas CU primer di Pontianak-Kalimantan
Barat pada 22 Juni 2009. Dari pertemuan itu muncul gagasan untuk mendirikan
Puskopdit baru.
Rencana pun berlanjut, maka pada tanggal 17-18
Juli 2009 diadakan lokakarya rencana pendirian Puskopdit di CU Keling Kumang,
Tapang Sambas, Kec. Sekadau Hilir-Kab. Sekadau. Adapun peserta dalam lokakarya
ini berjumlah 70 orang perwakilan dari masing-masing CU.
Hasil dari lokakarya ini menyepakati untuk
pendirian Puskopdit baru dengan melalui votting maka kemudian disepakatilah
nama puskopdit tersebut dengan nama Puskopdit Khatulistiwa. Kantornya
disepakati berada di Pontianak. Sampai kini jumlah anggota Individu Puskopdit
Khatulistiwa berjumlah lebih dari 257.865
orang dengan anggota primer ada 9 (Sembilan) CU. (Data : Per 31/12/2012)
Adapun anggota primer Puskopdit Khatulistiwa itu,
yakni : CU Keling Kumang, CU Semandang Jaya, CU Tri Tapang Kasih, CU Semarong,
CU Banuri Harapan Kita, CU Mura Kopa, CU Nyai Anta dan CU Pancur
Solidaritas.
4. Puskopdit Borneo
Puskopdit Borneo didirikan pada tanggal 23 Juli
2011 oleh tiga CU, yakni CU Lantang Tipo, CU Pancur Kasih dan CU Keluarga Kudus.
Adapun kenapa Puskopdit ini didirikan karena mengingat peran CU sekunder ini
begitu penting dan mendesak peranannya dalam menumbuhkembangkan serta
memberdayakan CU primer untuk mewujudkan kesejahteraan anggota yang memiliki
cirri-ciri demokratis, kebersamaan, kekeluargaan, dan keterbukaan.
Sampai saat ini jumlah CU yang bernaung di bawah
Puskopdit Borneo sebanyak 4 CU dengan jumlah anggota perorangan
sebanyak orang. Saat ini berdasarkan data Pusat Informasi
Credit Union (PICU) INKOPDIT jumlah anggotanya menjadi 252.234 orang (data per
31 Desember 2012).
Sedangkan jumlah keanggotaan CU Primer bertambah
dari semula 3 (tiga) CU Primer menjadi 4 (empat) CU Primer pada tahun 2012
(tiga anggota tetap dan satu anggota binaan).
http://www.woccu. Org/about/creditunion
Tidak ada komentar:
Posting Komentar