Masih Banyak Impor, RI Rentan Isu Ekonomi Global
JAKARTA - Pelemahan Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) telah membebani
kinerja beberapa industri. Pasalnya, saat ini perekonomian Indonesia 70 persen
masih ditopang oleh barang dari luar negeri.
Anggota Dewan
Pertimbangan Presiden, Suharso Monoarfa, mengatakan bahwa pemenuhan kebutuhan
masyarakat tanah air masih bergantung terhadap produk impor menjadi salah satu
permasalahan yang memicu pelemahan Rupiah. Akibatnya, Indonesia terlalu
sensitif menanggapi isu ekonomi global.
"Kita
memenuhinya dengan impor makanya kita sangat rentan terhadap gonjang-ganjing
perekonomian global," kata dia di Jakarta, Sabtu (14/3/2015).
Oleh karena
itu, dia menilai Indonesia memerlukan penataan kembali struktur ekonomi dalam
negeri. Menurutnya, langkah Presiden Joko Widodo yang akan menggenjot
pembangunan infrastruktur dinilai menjadi langkah tepat dalam meningkatkan
pertumbuhan perekonomian dalam negeri.
"Memang
ini kepentingannya jangka panjang. Bukan hanya bagaimana kita menghentikan
impor dalam jangka pendek tapi bagaimana memperkuat perekonomian nasional
sehingga menjadikan Rupiah menjadi mata uang yang kuat," tandasnya.
senior economist standard chartered, eric sugandi, mengatakan, ada sejumlah
isu utama yang menjadi perhatian di level global. hal itu, kata dia juga
terkait dengan kondisi perekonomian yang ada di Indonesia. salah satu isunya
adalah masalah the super dollar.
masalah perang mata uang antar Negara-negara dan lemahnya harga komoditas,”kata
eric sugandi.
menurut saya, barang impor di Indonesia sudah cukup terlalu banyak, karena
dalam beberapa tahun terakhir, semua barang yang kita gunakan itu adalah barang
impor, bahkan sampai detik ini, karena tidak dapat kita pungkiri bahwa kebanyakan
barang impor lebih baik daripada barang lokal, tidak semua tapi kebanyakan.
dalam hal ini mungkin pemerintah harus meningkatkan kualitas barang – barang
lokal agar barang lokal pun tidak kalah saing dari segala aspek, sehingga kita
sebagai masyarakat pun akan memilih barang lokal dari pada barang impor, jika
saja kita dapat meningkatkan kualitas barang lokal mungkin masyarakat Indonesia
pun akan lebih memilih barang lokal sehingga Indonesia tidak akan rentan dalam
sektor ekonominya jadi rupiah pun tidak akan melemah seperti sekarang ini.
bahkan, jika kualitas barang kita lebih baik, mungkin justru kita dapat
mengimpor barang barang lokal sehingga barang – barang lokal bisa digunakan
sampai ke mancanegara dengan begitu nilai rupiah tidak akan turun. masalah isu
“the super dollar” itu sendiri pun
menurut saya akan terus melonjak naik karena tingginya ketergantungan Indonesia
terhadap dollar dan barang impor, karna kita hanya mengandalkan komoditas bahan
mentah padahal harga pasar dunia sedang turun yang membuat perekonomian kita
semakin menurun, namun Indonesia belum termasuk kategori krisis moneter, karena
nilai tukar rupiah masih lebih baik daripada Negara – Negara afrika sana.
karena banyak factor lain yang membuat suatu Negara dikatakan krisis ekonomi
bukan hanya karena nilai tukar mata uang Negara tersebut melemah terhadap
dollar. karena bukan hanya Indonesia saja yang merasakan fenomena ini, Negara
lain pun sama. Dari semua impor yang dilakukan pemerintah untuk memenuhi
kebutuhan dalam negri komoditas yang paling tinggi tingkat impornya adalah
bahan pangan, padahal Indonesia dikenal sebagai negara agraris dan negara
berpenghasilan pangan paling banyak pada masa soeharto. Mungkin menurut saya
sebaiknya pemerintah memajukan teknologi sektor pertanian untuk meningkatkan
produksi dalam negri, memberi subsidi pupuk kepada para petani dan pemerintah
memaksimalkan penyerapan beras dari petani lokal untuk ketahanan pangan
nasional, membuat saluran air untuk irigasi atau kepentingan pertanian,
melakukan perluasan area tanam, dan membuat kebijakan lahan area tanam agar
area tanam tidak dipersempit akibat keperluan untuk pembangunan tempat tinggal,
industri maupun jalan tol. Jadi, pastinya masih ada banyak cara, tindakan dan
kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk mengurangi impor dalam negri agar
tidak mencapai isu ekonomi global.
Daftar Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar