Selasa, 03 Desember 2013

Titik Impas/ Break Event Point



Break Event Point
Pengertian Break Event Point
Menurut beberapa ahli :
Break Event Point adalah keadaan suatu usaha yang tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi. Dengan kata lain, suatu usaha dikatakan impas jika jumlah pendapatan atau revenue (penghasilan) sama dengan jumlah biaya, atau apabila laba kontribusi hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tetap saja. Dan analisis Break Event adalah suatu cara untuk mengetahui volume penjualan minimum agar suatu usaha tidak menderita rugi, tetapi juga belum memperoleh laba (dengan kata lain sama dengan nol). (Mulyadi,2001:230)
Break Even Point adalah kondisi perusahaan tidak laba dan tidak rugi, dengan mengetahui Break Even Point dimana perusahaan akan meningkatkan penjualan diatas break even point untuk mendapatkan laba dan menghindarkan penjualan dibawah Break Even Point karena akan menderita rugi. (Armila Krisna Warindrani,2006;7)
Break Even Point adalah Posisi dimana perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita kerugian. BEP atau titik impas sangat penting bagi manajemen untuk mengambil keputusan untuk menarik produk atau mengembangkan produk, atau untuk menutup anak perusahaan yang profit center atau mengembankannya.(Darsono Prawironegoro&Ari Purwanti,2008:121)
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli tersebut penulis menyimpulkan bahwa Break Even Point adalah suatu cara yang mempelajari hubungan keseimbangan antara biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan suatu tingkat penjualan sama dengan penghasilan.
 Manfaat Break Even Point
Menurut Soehardi Sigit,(2002;2), Analisis Break even point dapat digunakan untuk membantu menetapkan sasaran dan tujuan perusahaan.
Manfaat lainnya antara lain :
  1. Sebagai dasar atau landasan merrencanakan kegiatan operasional dalam usaha mencapai tujuan tertentu. Jadi sebagai alat perencanaan laba.
  2. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan harga jual yaitu setelah diketahui hasil perhitungannya menurut analisis Break Even dan laba yang ditargetkan.
  3. Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan yang harus dilakukan oleh seorang manager.
Tujuan Titik Impas ( BEP )
Tujuan titik impas adalah :
  1. Mencari tingkat aktivvitas dimana pendapatan sama dengan biaya.
  2. Menunjukan suatu sasaran volume penjualan minimal yang harus diraih.
  3. Memungkinkan perusahaan mengetahui apakah mereka beroperasi dekat atau jauh dari titik impas
Asumsi-asumsi Dalam Analisa Break even point
Menurut Soehardi Sigit,(2002;2) di dalam menganalisa Break Even termasuk menghitung dan mengumpulkan angka-angka yang dihitung itu, analisa Break Even menetapkan syarat-syarat tertentu. Jika syarat-syarat itu tidak ada dalam kenyataan, maka harus diadakan atau dianggap ada seperti dipersyaratkan. Jadi jika syaratnya tidak ada, dapat dianggap ada. Inilah yang disebut asumsi, dan asumsi-asumsi yang diperlukan agar dapat menganalisa Break Even ialah :
  1. Bahwa biaya-biaya yang terjadi didalam  perusahaan yang bersangkutan (yang dihitung Break Even-nya) dapat di-identifikasikan sebagai biaya variable, atau sebagai biaya tetap. Biaya-biaya yang meragukan apakah sebagai biaya variable ataukah sebagai biaya tetap harus tegas tegas dimasukan kedalam variable atau tetap.Biaya semi variable dimasukan ke dalam biaya variable,biaya semi tetap dimasukan ke dalam biaya tetap.
  2. Bahwa yang ditetapkan sebagai biaya tetap itu akan tetap konstan, tidak mengalami perubahan meskipun volume produksi atau volume kegiatan berubah.
  3. Bahwa yang ditetapkan sebagai biaya variabel itu akan tetap sama jika dihitungbiaya per unit produknya, berapapun kuantitas unit yang diproduksikan. Jika kegiatan produksi berubah, biaya variabel itu berubah proposional dalam jumlah seliruhnya, sehingga biaya per unitnya akan sama.
  4. Bahwa harga jual per unit akan tetap saja, berapapun banyak unit produk yang dijual. Harga jual per unit tidak akan turun meskipun pembeli membeli banyak. Juga sebaliknya harga jual per unit tidak akan naik, meskipun langganan pembeli hanya sedikit. Sedikit ataupun banyak yang dibeli, harga per unit tidak akan mengalami perubahan.
  5. Bahwa ada sinkronisasi di dalam perusahaan yang bersangkutan menjual atau memproduksi hanya satu jenis barang. Jika ternyata lebih dari satu jenis produk, maka produk tersebut harus dianggap satu jenis produk dengan kombinasi yang selalu tetap.
Pengertian Biaya
Pengertian biaya menurut para ahli sebagai berikut :
Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.(Mulyadi, 2009;8)
Biaya adalah kas dan setara kas yang dikorbankan  untuk memproduksi atau memperoleh barang atau jasa yang diharapkan akan memperoleh manfaat atau keuntungan dimasa mendatang. ( Darsoni Prawironegoro&Ari Purwanti, 2008;49)
Jadi biaya merupakan total pengorbanan sumber daya yang sudah terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Biaya sering diartikan sebagai pengurang asset yang mengakibatkan berkurangnya ekuitas pemilik, tetapi bukan karena pengurangan atau pengambilan model oleh pemilik perusahaan dan bukan pula merupakan asset yang disebabkan karena berkurangnya liability.
Penggolongan Biaya
Penggolongan biaya diperlukan untuk mengembangkan data biaya yang dapat membantu manajemen dalam mencapai tujuannya. Ada beberapa jenis biaya menurut buku Mulyadi (2009;13) diantaranya adalah :
-         Jenis biaya berdasarkan objek pengeluaran
Nama objek pengeluaran digunakan sebagai dasar dalam penggolongan biaya.
-         Biaya Menurut fungsi pokok produksi
Seperti dalam perusahaan manufaktur ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan  fungsi administrasi dan  umum. Oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur adalah biaya produksi, biaya pemasaran, biayaadministrasi dan umum.
-         Biaya Menurut Hubungan biaya dengan sesuatu yang di biayai
Biaya dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu :
  1. Biaya langsung
  2. Biaya tidak langsung
-         Biaya menurut perilakunya dalam Hubungannya dengan perubahan volume aktifitas
Biaya dapat digolongkan menjadi :
1) Biaya variabel
Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan sebagainya.(Mulyadi, 2009;15)
2) Biaya semivariabel
Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semivariabel mengandung unsure biaya tetap dan unsure biaya variabel. Contoh biaya semi variabel adalah biaya reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap, biaya listrik, dan sebagainya.(Mulyadi, 2009;15)
3) Biaya semifixed
Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu. .(Mulyadi, 2009;15)
4) Biaya tetap
Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu. Contoh biaya tetap antara lain gaji direktur produksi. .(Mulyadi, 2009;15)

Rumus umum total biaya dan total pendapatan :
TR = TC
            TC = TVC +TFC
TC       : Total cost (total biaya)
TVC    : Total variable cost (total biaya variabel)
TFC     : Total fixed cost (total biaya tetap)

            TR = P x Q

TR       : Total revenue (total pendapatan)
P          : Price (harga jual)
Q         : quantity (jumlah unit yang dihasilkan atau dijual)

Dari rumus diatas kita dapat menentukan titik impas/BEP dengan rumus :

    TR = TC
P x Q = TVC + TFC
                                Q (P – TVC/Q) = TFC

Dari rumus diatas dapat diambil 3 rumus BEP yaitu

Q = ____TFC___
       ( P – TVC )
                  Q

Q =  __TFC___
       ( P – AVC )


Q = ___TFC___
        ( 1 – AVC )
                   P
Keterangan tambahan :
AVC : Average variable cost ( biaya variabel rata-rata)

sumber :
http://ughytov.wordpress.com/2011/05/15/break-event-point/
modul kewirausahaan, penerbit : CV HAKA MJ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar