Kamis, 22 Mei 2014

Tugas Kelompok Sofskill



KELAS                         :  1EB07
NAMA KELOMPOK

1. ISMA PRAMUSELLA       (24213549)
2. SIGIT NURDIANTO         (28213476)
3. M. HENRYZAL A.  W      (25213136)
4. DIAN FITRIANI                (22213365)



CARA MENGATASI HUTANG LUAR NEGERI

Menurut hasil yang kami dapatkan pada salah satu sumber berita hutang pemerintah Indonesia pada akhir tahun 2013 mencapai Rp  2.371,39 triliun. Dan hal ini membuat kenaikkan sebesar Rp  1.137,11 triliun dalam 13 tahun terakhir. Dan hal ini merupakan angka yang sangat fantastis. Mengapa hal ini bisa terjadi? Apakah pendapatan negara masih belum cukup? Menurut data yang saya dapatkan dari salah satu sumber pendapatan negara pada tahun 2013 mencapai angka ±Rp 3.000 triliun sedangkan belanja negara menghabiskan dana sebesar ±Rp 3.300 triliun dan hal ini membuat defisit anggaran sebesar Rp 300 triliun. Bagaimana kita dapat mengeluarkan biaya belanja negara sebanyak itu. Sedangkan  pendapatan negara itu sendiripun lebih rendah. Hal ini terjadi karena kita masih belum bisa menggunakan hasil pendapatan negara dengan lebih efektif. Hal ini terbukti karena dengan banyaknya biaya yang dikeluarkan negara kenapa masih banyak fasilitas umum yang rusak, masih banyaknya rakyat yang menderita, masih belum adanya jaminan kesehatan dan pendidikan yang baik untuk rakyat, dan masalah yang lainnya. Seharusnya kita harus lebih bisa menggunakan pendapatan negara dengan lebih bijaksana lagi. Dengan menggunakan pendapatan tersebut untuk hal yang lebih penting lagi.
Hal-hal yang seharusnya dapat dilakukan untuk mengatasi masalah hutang negara:
                       
1.             Mengurangi atau bahkan membatasi import barang ataupun bahan pangan dari negara lain dengan cara lebih memaksimalkan hasil sumber daya negara kita sendiri.
2.             Mengurangi pemakaian dana belanja negara untuk anggaran-anggaran yang belum terlalu penting. Seperti banyaknya proyek pemerintah yang molor dan tidak efektif, padahal telah mengeluarkan dana yang tidak sedikit nominalnya.
3.             Mengurangi gaji anggota DPR ,yang menurut data yang diperoleh dari Ispa dan IMF gaji anggota DPR mencapai sampai USD 65.000/tahun dan merupakan gaji terbesar dengan peringkat ke-4 didunia. Dengan jumlah gaji 18 kali lipat dari pendapatan perkapita rata-rata penduduk Indonesia. Mengapa kita harus mengeluarkan biaya sebesar itu sedangkan menurut data dari BPS pada tahun 2013 saja, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 28,07 juta orang atau 11,37 persen dari seluruh penduduk Indonesia. Seharusnya kita bisa memanfaatkan dana tersebut untuk lebih bisa mensejahterakan rakyat dan untuk mengansur hutang yang menjadi beban negara.
4.             Mengurangi subsidi atau bahkan menghilangkan subsidi yang kurang penting bagi kepentingan masyarakat banyak. Contohnya adalah menghilangkan subsidi BBM kecuali untuk angkutan umum karena kebanyakan yang memakai BBM adalah kalangan menengah keatas yang memiliki kendaraan pribadi.
5.             Meningkatkan pendapatan negara dari penerimaan pajak, memaksimalkan hasil penerimaan sumber daya alam, pendapatan bagian laba BUMN, pendapatan BLU, dan hasil dari PNPB lainnya.


Solusi yang dapat dijalankan untuk mengatasi utang luar negeri
1)   Meningkatkan daya beli masyarakat yakni melalui pemberdayaan ekonomi pedesaan dan pemeberian modal usaha kecil seluasnya
2)   Taat membayar pajak dan digunakan untuk hal yang semestinya
3)   Menggunakan biaya seminim mungkin
4)   Konsep bangunan yang tidak berlebihan
5)   Bangga akan produk dalam negri sehingga minat pembeli tinggi
6)   Mengembangkan sumber daya berkualitas dan menempatkan kesejahteraan yang berkeadilan dan merata.

Pentingnya Softskill



Softskill adalah sebuah istilah dalam sosiologi tentang EQ (Emotional Intelligence Quotient) seseorang, yang dapat dikatagorikan /klusterkan menjadi kehidupan sosial, komunikasi, bertutur bahasa, kebiasan, keramahan, optimasi.
            Pada zaman sekarang bukan hanya hardskill yang dibutuhkan tetapi juga softkill, softskill memang tergolong baru terdengar di pendengaran saya, tetapi softskill merupakan kemampuan-kemampuan dasar yang perlu ditumbuhkan dalam diri kita, agar dapat memotivasi diri , bertanggung jawab, membangun relasi, berkomunikasi, negosiasi, beradaptasi dengan lingkungan, berekreasi, berinovasi dan berwirausaha, memimpin, membangun kerjasama, mengelola sumber daya dan lain sebagainya. Nah, jika kita dapat menyeimbangkan antara hardskill dan softskill pada diri kita, maka hal tersebut akan menjadikan diri kita bermutu dan berkualitas.
            Jadi, kemampuan softskiil juga sangatlah penting untuk di kemudian hari kelak.

Berbuka Puasa jangan dengan yang manis ???

sekedar memberitahu, artikel ini di kutip dari pembicaran ustad saya pada tanggal 10 Juli 2012

Jangan berbuka puasa dengan yang manis??
Di bulan Ranadhan / puasa itu, sering kita dengar kalimat ‘Berbuka puasalah dengan makanan atau minuman yang manis,’ katanya. Konon, itu dicontohkan Rasulullah saw. Benarkah demikian?
Dari Anas bin Malik ia berkata : “Adalah Rasulullah berbuka dengan Rutab (kurma yang lembek) sebelum shalat, jika tidak terdapat Rutab, maka beliau berbuka dengan Tamr (kurma kering), maka jika tidak ada kurma kering beliau meneguk air. (Hadits riwayat Ahmad dan Abu Dawud)
Nabi Muhammad Saw berkata : “Apabila berbuka salah satu kamu, maka hendaklah berbuka dengan kurma. Andaikan kamu tidak memperolehnya, maka berbukalah dengan air, maka sesungguhnya air itu suci.”
Nah. Rasulullah berbuka dengan kurma. Kalau tidak mendapat kurma, beliau berbuka puasa dengan air.
Samakah kurma dengan ‘yang manis-manis’ ? Tidak. Kurma, adalah karbohidrat kompleks (complex carbohydrate) .
Sebaliknya, gula yang terdapat dalam makanan atau minuman yang manis-manis yang biasa kita konsumsi sebagai makanan berbuka puasa, adalah karbohidrat sederhana (simple carbohydrate).
Darimana asalnya sebuah kebiasaan berbuka dengan yang manis? Tidak jelas. Malah berkembang jadi waham umum di masyarakat, seakan-akan berbuka puasa dengan makanan atau minuman yang manis adalah ‘sunnah Nabi’.
Sebenarnya tidak demikian. Bahkan sebenarnya berbuka puasa dengan makanan manis-manis yang penuh dengan gula (karbohidrat sederhana) justru merusak kesehatan.
Dari dulu saya tergelitik tentang hal ini, bahwa berbuka puasa ‘disunnahkan’ minum atau makan yang manis-manis. Sependek ingatan saya, Rasulullah mencontohkan buka puasa dengan kurma atau air putih, bukan yang manis-manis.
Kurma, dalam kondisi asli, justru tidak terlalu manis. Kurma segar merupakan buah yang bernutrisi sangat tinggi tapi berkalori rendah, sehingga tidak menggemukkan. Tapi kurma yang didatangkan ke Indonesia dalam kemasan-kemasan di bulan Ramadhan sudah berupa ‘manisan kurma’, bukan lagi kurma segar. Manisan kurma ini justru ditambah kandungan gula yang berlipat-lipat kadarnya agar awet dalam perjalanan ekspornya. Sangat jarang kita menemukan kurma impor yang masih asli dan belum berupa manisan. Kalaupun ada, sangat mungkin harganya menjadi sangat mahal.
Kenapa berbuka puasa dengan yang manis justru merusak kesehatan? Ketika berpuasa, kadar gula darah kita menurun. Kurma, sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah, adalah karbohidrat kompleks, bukan gula (karbohidrat sederhana). Karbohidrat kompleks, untuk menjadi glikogen, perlu diproses sehingga makan waktu.
Sebaliknya, kalau makan yang manis-manis, kadar gula darah akan melonjak naik, langsung. Bum. Sangat tidak sehat. Kalau karbohidrat kompleks seperti kurma asli, naiknya pelan-pelan.
Mari kita bicara ‘indeks glikemik’ (glycemic index/GI) saja. Glycemic Index (GI) adalah laju perubahan makanan diubah menjadi gula dalam tubuh. Makin tinggi glikemik indeks dalam makanan, makin cepat makanan itu dirubah menjadi gula, dengan demikian tubuh makin cepat pula menghasilkan respons insulin.
Para praktisi fitness atau pengambil gaya hidup sehat, akan sangat menghindari makanan yang memiliki indeks glikemik yang tinggi. Sebisa mungkin mereka akan makan makanan yang indeks glikemiknya rendah. Kenapa? Karena makin tinggi respons insulin tubuh, maka tubuh makin menimbun lemak. Penimbunan lemak tubuh adalah yang paling dihindari mereka. Nah, kalau habis perut kosong seharian, lalu langsung dibanjiri dengan gula (makanan yang sangat-sangat tinggi indeks glikemiknya) , sehingga respon insulin dalam tubuh langsung melonjak. Dengan demikian, tubuh akan sangat cepat merespon untuk menimbun lemak.
Saya pernah bertanya tentang hal ini kepada seorang sufi yang diberi Allah ‘ilm tentang urusan kesehatan jasad manusia. Kata Beliau, bila berbuka puasa, jangan makan apa-apa dulu. Minum air putih segelas, lalu sholat maghrib. Setelah shalat, makan nasi seperti biasa. Jangan pernah makan yang manis-manis, karena merusak badan dan bikin penyakit. Itu jawaban beliau.
Kenapa bukan kurma? Sebab kemungkinan besar, kurma yang ada di Indonesia adalah ‘manisan kurma’, bukan kurma asli. Manisan kurma kandungan gulanya sudah jauh berlipat-lipat banyaknya.
Kenapa nasi? Lha, nasi adalah karbohidrat kompleks. Perlu waktu untuk diproses dalam tubuh, sehingga respon insulin dalam tubuh juga tidak melonjak. Karena respon insulin tidak tinggi, maka kecenderungan tubuh untuk menabung lemak juga rendah.
Inilah sebabnya, banyak sekali orang di bulan puasa yang justru lemaknya bertambah di daerah-daerah penimbunan lemak: perut, pinggang, bokong, paha, belakang lengan, pipi, dan sebagainya. Itu karena langsung membanjiri tubuh dengan insulin, melalui makan yang manis-manis, sehingga tubuh menimbun lemak, padahal otot sedang mengecil karena puasa.
Pantas saja kalau badan kita di bulan Ramadhan malah makin terlihat seperti ‘buah pir’, penuh lemak di daerah pinggang. Karena paham umum masyarakat yang mengira bahwa berbuka dengan yang manis-manis adalah ‘sunnah’, maka puasa bukannya malah menyehatkan kita.
Banyak orang di bulan puasa justru menjadi lemas, mengantuk, atau justru tambah gemuk karena kebanyakan gula. Karena salah memahami hadits di atas, maka efeknya adalah ‘rajin puasa = rajin berbuka dengan gula.’